Dimana-mana orang membahas tentang korupsi, baik di warung kopi, 
dalam bus, diatas motor, di ruang ber-AC bahkan didalam ruang yang 
sering menjadi tempat korupsi. Dan ketika banyak orang berbicara tentang
 korupsi, ada dua sisi lain yang selalu saya tangkap maknanya dan 
sekaligus mengkritik hal dasariah tentang manusia.
Pertama, perilaku korupsi: the background of human yang selalu 
muncul dipermukaan tanpa ada sinar yang terang. Korupsi adalah membuat 
orang lain hidup susah, miskin, bahkan stress dan bunuh diri. Sedang 
koruptor, hidup tanpa ada masalah, masa bodoh, tidak mau tahu, dan 
bahkan merasa bahwa dunia ini hanya milikinya sendiri. Mengapa? Dia 
punya semuanya dan bisa menikmati apa saja. Ketika ‘the background of 
human yang gelap ini muncul, pola pikir dan jalan keluar untuk orang 
lain tidak ada lagi. Dunia terasa sempit baginya karena orang lain 
adalah nilai jual tanpa makna yang telah direbutnya. Dia menyadari 
dirinya sebagai koruptor ketika telah duduk di kursi pesakitan. Itu pun 
masih antara sadar dan tidak sadar dia adalah koruptor atau bukan.
Kedua, solusi yang diberikan dalam setiap diskusi untuk memiskinkan 
koruptor adalah jalan buntu yang diambil diskursus yang nota bene adalah
 sebagai peluang bagi orang lain untuk ruang korupsi. Maka solusi yang 
ditawarkan dalam setiap diskusi tentang korupsi adalah jalan keluar 
tanpa mempunyai nilai untuk orang lain. Jalan keluar dari korupsi yang 
merupakan hasil diskusi, tanpa sadar atau tidak sebenarnya masih tetap 
membuka ruang untuk orang lain korupsi. Bahkan peserta diskusi yang 
tiba-tiba menerima berita bahwa dirinya adalah koruptor, masih berjuang 
untuk menyembunyikan perilakunya yang korup dari orang lain. Seakan 
benar-benar jalan yang tidak mempunyai jalan lagi. Buntu!
Maka dalam sisi lain dari korupsi yang ditawarkan ini, adalah tidak 
perlu diskusi tapi hanya dibutuhkan hukum negara dan penegak hukum yang 
tegas, dan tidak ada jalan lain, selain koruptor divonis terhukum tapi 
bebas hanya diperlakukan dengan setiap hari memakai baju dan setiap 
bajunya ditulis dengan huruf besar: SAYA KORUPSI, KARENA ITU WAJIB 
LAPOR. Sehingga semua orang yang akan membaca tulisan itu membuatnya 
terhukum dan dengan demikian menjadi status hukum sosial. 
Sumber : http://politik.kompasiana.com/2013